Jauh dari Australia, Seorang Traveler ke Ruteng untuk Doa Rosario

Tradisi doa Rosario yang dilaksanakan setiap dua kali setahun pada Bulan Mei dan Oktober bagi kami di Flores atau mungkin di tempat lain sungguh sebuah momen yang tidak bisa dilewati begitu saja. Sembahyang giliran dari rumah ke rumah menjadi momen saling jumpa untuk mendaraskan doa Rosario lima peristiwa dan setelahnya kami menikmati suguhan kopi, teh, air putih panas ditambah dengan aneka kue atau ubi yang semuanya dinikmati sambil menukar cerita merayakan perjumpaan di tengah kesibukan pekerjaan harian.

Saya sendiri adalah warga KBG Mater Boni Consili (MBC) Paroki Kumba, Ruteng yang terdiri dari 34 kepala keluarga. Saya memang tidak intens mengikuti doa Rosario setiap malam tapi cukup lah bila tidak sedang menemani tamu melakukan tur, saya sudah pasti hadir bersama dengan warga yang lain ikut berdoa Rosario.

Pada bulan Oktober kemarin (tidak rasa su masuk November) doa Rosario selama sebulan itu berjalan tidak jauh berbeda dengan bulan-bulan Rosario sebelumnya di mana setiap malam hampir rumah tempat doa selalu dipenuhi semua warga dari berbagai kalangan baik orang tua, remaja, maupun anak-anak dan yang menarik lagi anak-anak tidak hanya antusias mendaraskan doa Salam Maria tapi juga menyampaikan ujud dalam peristiwa doa Rosario.

"Sudah pasti orang tua bangga lihat momen  begini", gumamku dalam hati.

Ada momen yang cukup berbeda pada Oktober tahun ini. KBG MBC dikunjungi oleh seorang traveler asal negeri Kanguru, Australia tepatnya dari kota Perth. Dia bernama David yang memilih cara wisata ala "backpacker" di Flores, start dari Labuan Bajo dan berkahir di Maumere.

David berjumpa dengan Dionisius Iban, salah seorang warga KBG MBC di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo sesaat setelah mendarat, pulang berwisata ziarah di Pulau Dewata, Bali. Perjumpaan di Labuan Bajo yang begitu singkat cukup membawa David pada pengalaman berbeda selama melakukan tur hingga pada akhirnya ia menghabiskan tiga malam berturut-turut mengikuti "sembayang giliran" di KBG MBC. Lebih menarik lagi ia juga ikut bakti membersihkan bahu jalan di dalam wilayah KBG yang diinisiasi oleh seksi kebersihan lingkungan KBG MBC.

Pada momen setelah doa, David yang sedang belajar berbahasa Indonesia dicecar banyak pertanyaan oleh warga yang penasaran banyak hal terkait dirinya maupun alasan berwisata ke Flores. Pertanyaan itu silih berganti datang dari Bapak-Bapak yang duduk di ruang tamu. Terkadang David belum sempat menjawab, pertanyaan baru muncul dan harus segera dijawab. Semua pertanyaan dijawab oleh David meski sesekali ia menggunakan Bahasa Inggris dan ia meminta saya dan Dion untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia hingga pada akhirnya saya dan warga yang saat itu hadir tersenyap pada pertanyaan salah seorang warga soal adakah pengalaman buruk dalam hidup David yang membuatnya intens mendaraskan doa Rosario. 


"Tiga tahun lalu saya mengalami momen pahit dalam hidup saya ketika pandemi covid-19 melanda dunia, termasuk Negara Australia. Saya kehilangan pekerjaan. Saya mulai  mencari kerja ke sana ke mari hingga pada akhirnya saya melamar pekerjaan di Gereja di daerah saya untuk bekerja sebagai tukang cat. Namun, Pastor Paroki tidak mengiakan permintaan saya, ia justru menyuruh saya untuk ikut misa pagi setiap hari dan itu adalah pekerjaannya".

Hal itu ia kerjakan selama enam bulan lamanya hingga berhasil menemukan pekerjaan baru sebagai konsultan pada perusahaan tambang emas. Ia mengakui bahwa meski tidak lagi bekerja untuk gereja, ia tetap rajin mengikuti misa pagi.

Lebih lanjut, Bapak beranak tiga ini juga mengungkapkan pengalaman berdoa Salam Maria yang ia yakini telah membawa banyak berkat dalam hidupnya. Baginya doa Salam Maria merupakan doa paling sederhana yang mudah didaraskan bagi umat katholik tapi dari situ kita mengenal Yesus, anak Maria. Dari Yesus, kita mengenal Allah, Bapak-Nya dan dari Allah kita mengenal Roh Kudus dan malaikat di Surga dan para kudus lainnya.

Saya mendapati hal baru dari David. Dari sekian banyak wisatawan yang pernah saya layani, baru kali ini saya mendengar sosok bule bicara soal hal kerohanian. Cerita David ini cukup membawa saya pada kenangan momen katekese yang terakhir kali saya ikuti pada saat SMP dulu. Hal yang cukup sulit saya dapati lagi saat ini. 

"Saya melihat Gereja kecil tumbuh di dalam komunitas ini. Saya sangat merasa terhormat bisa bergabung dan ambil bagian dalam komunitas ini. Di sini iman akan Tuhan betul-betul tumbuh. Kebersamaan dan kekeluargaan begitu kental terasa. Hari ini kalian sudah mengubah dunia dengan memulai membersihkan lingkungan secara bersama sebagai wujud nyata atas doa-doa yang sudah didaraskan dan semoga dari komunitas kecil ini akan ada komunitas-komunitas lain di luar sana yang  membuat dunia kita lebih bersih", ungkap David setelah ikut membersihkan dan menata bahu jalan bersama warga di wilayah KBG MBC.

Seluruh rangkaian doa pada bulan Oktober yang ditutup dengan mengunjungi Arca Bunda Maria di Biara Somascan ini memberi warna berbeda tahun ini, selain karena David, KBG MBC yang memiliki kepengurusan baru setelah pemekeran Juni lalu menatap tahun-tahun yang akan datang masih dengan spirit kebersamaan dengan beragam sentuhan. Saya di sini siap berbagi.

Terima kasih David sudah mengizinkan saya berbagi kisah Anda melalui blog ini. Sampai jumpa lagi!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Conference Trip to Timor; More Than Just A Trip For Work, Giving Unexpected Bonuses.

Journey to Poco Leok