Postingan

What makes Wae Rebo unique?

Gambar
6 Interesting Reasons You Need to Know Why Wae Rebo is Unique 1. Cone Shaped Traditional Houses Wae Rebo is one of the three biggest traditional villages in Manggarai that maintains its traditional houses called "Mbaru Niang” (Cone Shaped Traditional house). According to the chief of Wae Rebo village, Bapa. Alex, Cone shaped traditional is the first and oldest Manggaraian structure of traditional house. "Mbaru Niang" is a symbol of protection and the unity the people. He also said that the circular shaped floor is a symbol of harmony, unity, and justice among communities and families inside Mbaru Niang. Bapa Alex (79), a chief of Wae Rebo traditional village According to the story shared by the chief of Wae Rebo, Bapa Alex, people of Wae Rebo originally came from Minangkabau, West Sumatra, Indonesia that traveled to other islands in East part of Indonesia in thousand years ago.  He also said that the age of the village Wae Rebo is about 1200

Jauh dari Australia, Seorang Traveler ke Ruteng untuk Doa Rosario

Gambar
Tradisi doa Rosario yang dilaksanakan setiap dua kali setahun pada Bulan Mei dan Oktober bagi kami di Flores atau mungkin di tempat lain sungguh sebuah momen yang tidak bisa dilewati begitu saja. Sembahyang giliran dari rumah ke rumah menjadi momen saling jumpa untuk mendaraskan doa Rosario lima peristiwa dan setelahnya kami menikmati suguhan kopi, teh, air putih panas ditambah dengan aneka kue atau ubi yang semuanya dinikmati sambil menukar cerita merayakan perjumpaan di tengah kesibukan pekerjaan harian. Saya sendiri adalah warga KBG Mater Boni Consili (MBC) Paroki Kumba, Ruteng yang terdiri dari 34 kepala keluarga. Saya memang tidak intens mengikuti doa Rosario setiap malam tapi cukup lah bila tidak sedang menemani tamu melakukan tur, saya sudah pasti hadir bersama dengan warga yang lain ikut berdoa Rosario. Pada bulan Oktober kemarin (tidak rasa su masuk November) doa Rosario selama sebulan itu berjalan tidak jauh berbeda dengan bulan-bulan Rosario sebelumnya di mana setiap malam

Conference Trip to Timor; More Than Just A Trip For Work, Giving Unexpected Bonuses.

Gambar
               It has been a while since the last time I shared my travel stories in this blog. The story to Todo village with Indonesian travelers in January 2022 was the last time I could put marks on this platform, if you wonder why, it is simply because my visit to Timor has come beyond my expectations.      Traveling to Timor is not my first time, some of my friends thought it was my first time to Timor, even a close friend of mine, Maria from Poland who has been to Flores three times worried if it would be my first time to get on the plane, away from Ruteng. None said it right. I have been to Kupang in 2010 or 13 years ago when I was at the last year of my high school at SMK Sadar Wisata Ruteng for guiding contest towards all vocational high school students in East Nusa Tenggara Province.      Maria’s worrying about me getting on the plane made sense. Even though it was not my first time but I could still count how many and nothing really changed me on how exciting to see the

Todo dan Petualangan Mengenal Budaya Nusantara

Gambar
“Siang Bapa, saya ada rencana ke Labuan Bajo dengan keluarga tanggal 13 Desember dan balik 17 Desember”. Isi pesan masuk dari nomor baru di WhatsApp. Ketika pesan itu masuk, sukacita menyimuti perasaan. Bagaimanapun juga, pesan masuk seperti ini di masa pandemi sangat dinanti-nantikan dan ketika itu datang, tidak ada alasan untuk menundannya. Seketika itu juga saya langsung menjawab; “Halo! Terima kasih sudah menghubungi kami”. Jawaban yang terbilang sangat singkat untuk sebuah respon terhadap reservasi, mungkin saking semangatnya sehingga menawarkan bantuan pun tidak sempat disampaikan. Tapi berawal dari situlah pembicaraan kami dimulai sampai pada akhirnya kegiatan wisata selama 5 hari di Flores terlaksana dengan aman dan lancar. kegiatan "briefing" sebelum tur dimulai Labuan Bajo dipilih oleh keluarga Pak Rudy bersama dengan istri dan kedua putrinya sebagai daerah kunjungan utama di Flores. Kota di ujung barat Pulau Flores ini menyajikan sejuta pesona yang mengundang d

Go Beyond Terrifying Wae Reno

Gambar
When you hear the name Wae Reno, what comes to mind is that the sand mining center is located on the border between East Manggarai and Manggarai Regency. Every travelers who cross the trans Flores route from and to the eastern part of Ruteng will certainly not escape the sight of this mining activity that is  gaping like a meteor hit. In fact, not far from this mining location, there is a paved farm road with a distance of about 200 meters as access to the rice fields of the Robo community and its surroundings. It was through this road that we discovered a hidden paradise on the outskirts of Ruteng City. This plantation land owned by residents measuring thousands of hectares holds a million charms that are very pleasing to the eye. In the warm embrace of the Mandosawu mountains, the abundance of water from the mountain, the fertile land of the former eruption of the Ranaka volcano, and the harmony of nature and culture that is so thickly felt when this plantation land becomes a mea

KOBOK, Minuman Pemersatu Berkualitas Premium

Gambar
“Bapa, nanti kalau situasi kembali normal, saya akan pasarkan tuak  Kobok  ini ke luar negeri, turis-turis saya antar ke sini, Bapa tenang sa, pokoknya Bapa siap sibuk banyak”.  Dengan sangat lantang Ino mengucapkan kalimat itu. Ia melepaskan semua peralatan kamera di tangannya saat Alvin dan saya sibuk mewawancarai Bapa Tomas. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan tempat  shooting , ia berjalan tak seperti biasanya, berlenggak-lenggok di antara rak p iring, beruntung saja kakinya tak menginjak ekor anjing yang masih tidur di balik pintu. Mama Ida datang membantu, ia memegang tangannya dan memandunya ke ruang tengah.  “nana, tidur di sini saja dulu”.  Mama Ida berusaha menenangkan sambil membaringkannya ke atas tempat tidur.   Begitu kira-kira efek langsung setelah Ino meminum tuak  Kobok  satu botol ukuran 60 ml berdua dengan Bapa Tomas. Di balik dinding dapur terbuat dari bambu yang hampir lapuk termakan usia itu, mama Ida mendengarkan suaminya bercerita tentan